Jalan-Jalan Masjid #2: Rekognisi Semarang Tempo Dulu
By Padu Padan Kata - 6:04 PM
Cerita
perjalanan ini merupakan cerita perjalanan yang dilakukan di tahun 2014. Apabila ada ketidakakuratan dengan kondisi di lapangan mohon
dimaklumi karena hanya ditulis seingat-ingat saya. Apabila belum membaca bagian 1, silakan dibaca di sini. Selamat membaca.
Minggu,
6 Juli 2014 (Semarang – Kudus)
Angin malam yang berhembus semilir nampaknya
tidak cukup dingin untuk menembus jaket dan sarung kotak-kotak yang saya pakai saat
beristirahat. Nyamuk-nyamuk yang senantiasa bersiasat untuk menghisap darah pun juga
cukup enggan untuk singgah. Kondisi ini terbantu berkat bantuan pasangan kombo
jaket-sarung yang menemani saya dalam mengantar saya beristirahat pada malam hari. Untungnya
sebelum berangkat menuju Semarang, sarung yang tadinya hendak saya singkirkan tetap saya masukkan ke ransel.
Cerita perjalanan ini merupakan cerita perjalanan yang dilakukan sekitar tahun 2014 lalu. Apabila ada ketidakakuratan dengan kondisi di lapangan mohon dimaklumi karena hanya ditulis seingat-ingat saya.
Sabtu,
5 Juli 2014
(Jakarta – Semarang – Masjid Raya Semarang – Masjid Agung Jawa Tengah)
(Jakarta – Semarang – Masjid Raya Semarang – Masjid Agung Jawa Tengah)
Pagi-pagi sekali sekitar pukul 6 saya
sudah berada peron 1 Stasiun Gambir. Kereta Argo Muria yang akan membawa saya
ke Stasiun Tawang Semarang memang berangkat dengan jadwal yang relatif pagi,
yakni pukul 07.00. Maka dari itu selepas sahur dan menunaikan shalat subuh,
saya bergegas menuju Stasiun Gambir setelah berpamitan dengan kedua orang tua
saya dan kakak saya.
Peron 1 Stasiun Gambir pada saat itu tidak terlalu ramai, pada beberapa bagian malah hanya dipenuhi oleh porter-porter yang menunggu kedatangan kereta malam yang berangkat dari Jawa Tengah maupun Jawa Timur. Sembari menunggu kereta yang tengah dalam perjalanan menuju Stasiun Gambir, saya mencoba menangkap suasana kegiatan di stasiun melalui lensa mini Canon Powershot A580. Bukan kamera yang lengkap dengan segala fitur dan tetek bengek memang, namun cukup mampu menangkap dengan baik kegiatan-kegiatan di dalam stasiun.
Sekitar pukul 06.20 kereta yang akan
saya tumpangi tiba di Stasiun Gambir. Saya bergegas masuk dan langsung duduk di
dalam kereta. Waktu menunjukkan tepat pukul 07.00 ketika PPKA meniupkan peluit
melengking khas perjalanan dengan kereta api dan masinis yang berada di
lokomotif membunyikan Semboyan 35. Perjalanan
dimulai!
Peron 1 Stasiun Gambir pada saat itu tidak terlalu ramai, pada beberapa bagian malah hanya dipenuhi oleh porter-porter yang menunggu kedatangan kereta malam yang berangkat dari Jawa Tengah maupun Jawa Timur. Sembari menunggu kereta yang tengah dalam perjalanan menuju Stasiun Gambir, saya mencoba menangkap suasana kegiatan di stasiun melalui lensa mini Canon Powershot A580. Bukan kamera yang lengkap dengan segala fitur dan tetek bengek memang, namun cukup mampu menangkap dengan baik kegiatan-kegiatan di dalam stasiun.
Siluet Gereja St. Immanuel dari Peron Stasiun Gambir |