Kantin Kekar, 13 Mei
2015
Kuliah berakhir. Kututup binder dan kumasukkan pulpen ke sela-sela
ring besi binder agar tidak lupa dimana mencarinya. Beberapa teman-teman segera
bergegas keluar kelas. Kuliah Pak Sani barusan memang agak memusingkan.
"Makan yuk,"
ujarku kepada beberapa teman-teman yang berada di deretan depan kursi.
Di saat momen-momen
memusingkan saat ini, makan siang memang menjadi alternatif untuk melepas penat
pasca kuliah. Selain itu jam 1 nanti juga masih ada kelas. Tidak mau kuliah dengan
perut kosong, kan?
Waktu menunjukkan pukul
setengah 12, waktu yang pas untuk makan di Kantin Kekar. Biar kuberi tahu
mengapa waktu ini adalah waktu yang pas untuk makan siang di sini. Pertama,
kantin belum penuh. Kurasa untuk menampung 7-10 orang dalam satu meja, bangku
dan meja panjang yang sederet dengan tempat bayar bu kantin cukup untuk
menampung kami. Kalau tidak muat, masih ada pilihan meja di ujung dekat pintu
parkir atau meja di dekat tangga turun. Kecuali meja pojok yang hanya digunakan
untuk kelompok makan berukuran kecil. Tinggal pilih saja.
Yang kedua, menu-menu
andalan kantin kekar akan keluar pada jam itu. Hohoho, ini yang menjadi
primadona. Tempe kecap, ayam kecap, telor ceplok, mangut lele? Tinggal pilih.
Beragam menu sayuran bagi kalian-kalian yang tidak terbiasa makan siang tanpa
sayur, juga masih lengkap tersaji.
Benar saja, saat itu
kantin kekar hanya diisi beberapa orang yang tengah bersantai. Meja panjang
yang sederet dengan meja transaksi bu kantin pun masih tersedia. Rombongan pun
langsung mengisi meja tersebut tanpa dikode.
Konsep dari kantin kekar
adalah prasmanan. Menyenangkan bukan? Pelanggan diberikan akses untuk mengambil
porsi sesuai kebutuhannya. Untuk pelahap berporsi jumbo tentu konsep ini sangat
surgawi. Untuk pelahap berporsi hanya ¼ dari porsiku, ini juga menyenangkan
bagi mereka karena tidak perlu menyisakan banyak makanan di piring apabila
perut sudah tidak sanggup lagi.
Sebentar saja, antrian
sudah mengular dari arah bakul nasi. Bakul nasi diletakkan agak di bawah meja
prasmanan, di atas bangku kayu berwarna merah. Feelingku mengatakan, "gak
bakal cukup nampaknya". Pasalnya, di depanku sudah ada beberapa teman
dengan porsi jumbo, sudah siap menggali tumpukan nasi yang diletakkan di dalam
termos es berwarna biru bertuliskan "Nice Day". Tutup termos dengan
kain serbet terikat, tergeletak di meja prasmanan. Tadi sempat kulirik,
tumpukan nasi hanya tersisa separuh. Benar saja, ketika giliranku tiba,
nasi sudah habis.
Tidak perlu khawatir,
pelanggan kantin kekar pasti sudah tahu harus kemana. Aku langsung menuju pintu
merah yang berada di samping bakul nasi tadi. Pintu ini menghubungkan kantin
kekar dengan pusat produksi segala hal yang berhubungan dengan pilihan panganan
yang ada di etalase kaca dan meja kantin kekar. Di dalam area berbentuk lorong
agak gelap itu, Pak Dhe dengan Bu Kantin 2 tengah sibuk. Pak Dhe tengah sibuk
menyiapkan pesanan es teh dan es jeruk untuk kegiatan rapat dosen di atas,
sedangkan bu kantin 2 tengah menggoreng telor ceplok. Aku sudah tahu harus
kemana.
"Permisi pak dheee,
bu nasinya habis bu"
Aku berjalan melintasi
lorong sempit tersebut, melewati pak dhe yang tengah asyik menuangkan air ke
dalam belasan gelas-gelas kaca. Karena ini merupakan pusat produksi, maka
semuanya pun serba jumbo. Di pojokan, Ibu Kantin yang berkerudung dengan
celemek melingkar di badannya melihatku. Ibu kantin 2 mengambil piring dari
tanganku dan membuka dandang aluminium berukuran jumbo. Ia langsung menyerok
tumpukan nasi yang baru matang yang masih panas-panasnya dengan sodetan kayu
berukuran besar. Diletakkannya nasi yang baru matang itu di atas piringku. Uap
panas mengebul dari piringku.
"Cukup?" tanya
Bu Kantin 2. Aku menggangguk. Ia lantas menyodorkan piring tadi ke aku.
Berpindahlah aku menjauh dari Bu Kantin 2 untuk bergantian dengan temanku yang
berada di belakangku. Ini momen yang ditunggu.
Etalase menu di kantin
kekar terbagi menjadi dua, etalase kaca dan meja. Keduanya membentuk huruf
“L”.Etalase kaca sendiri terbagi menjadi dua tingkat. Tingkat atas untuk meletakkan
beragam snack dan tumpukan Aqua gelas serta botol, tingkat bawah untuk
meletakkan menu prasmanan makanan berat.
Lalu juga ada meja yang
bersisian dengan dinding berukuran agak besar. Meja ini untuk meletakkan
tumpukan piring dan sendok serta menu-menu ekstra yang tidak muat diletakkan di
dalam etalase kaca. Menu-menu pada meja ini pun menggunakan wadah stainless
steel ceper berukuran besar. Karena jam masih menunjukkan pukul setengah 12,
maka menu istimewa ayam kecap masih tersedia di etalase meja. Menu istimewa
pagi berupa tempe kecap sudah bergeser ke etalase kaca dengan wadah piring.
Nanti kapan-kapan akan kuceritakan istimewanya tempe kecap ini.
Kuserokkan ayam kecap
bagian dada ke atas tumpukan nasiku yang masih hangat-hangatnya itu. Pelanggan kantin
kekar pasti tahu, keajaiban ayam kecap ini tidak hanya terletak pada ayamnya,
namun juga bumbu kecapnya yang manis dan gurih. Maka dari itu, akan sangat
berdosa apabila tidak menambahkan beberapa sendok bumbu ayam kecap tersebut ke
atas tumpukan nasi.
Nasi dan ayam sudah
tersaji manis di atas piring, tinggal saatnya memilih pilihan sayur. Pilihan
sayur saat itu ada sop dan sayur tumis labu asam manis. Sayur sop berada di
atas etalase meja dengan wadah mangkuk berukuran besar, sedangkan sayur tumis
labu di etalase kaca. Satu hal yang menurutku penting, jangan pernah mencampur
ayam kecap dengan sayur kuah bening. Percayalah, itu akan merubah rasa dan
kenikmatan dari ayam kecap itu. Maka dari itu, sayur tumis labu asam manis
menjadi pilihanku.
Lauk kecap dengan kecap
tidaklah sempurna tanpa kehadiran kerupuk. Toples kerupuk ini berada di atas
meja tempat bu kantin bertransaksi. Mengambil kerupuk, sekaligus menyelesaikan
transaksi. Ibu kantin melihat piringku. Ia langsung menyebutkan sejumlah
nominal untuk kubayar. Langsung kusodorkan beberapa lembar uang ke ibu sebagai
alat tukar dengan tumpukan lauk di piring itu. Ibu kantin memasukkan uang ke
dalam laci merah yang berada di meja dan mengambil 2 koin 500-an di wadah di
atas meja. Sementara itu beberapa teman-teman wanita tengah asyik memilih tempe
goreng dan gembus dan memasukkannya ke bungkusan plastik.
Aku langsung bergabung
dengan teman-teman di meja. Menyuapkan nasi, potongan ayam dan sayur untuk
mengisi perutku yang lapar. Beberapa cerita dan agenda jalan-jalan turut
diwacanakan di atas meja.
Jalan-jalan? Kemana ya?
Pantai? Cari sunrise? Makrab? Ah, coba nanti kalau ada kesempatan, kita
berkisah lagi.