Kisah Kantin Kekar dan Ayam Kecap

By Padu Padan Kata - 9:38 PM

Kantin Kekar, 13 Mei 2015
Kuliah berakhir. Kututup binder dan kumasukkan pulpen ke sela-sela ring besi binder agar tidak lupa dimana mencarinya. Beberapa teman-teman segera bergegas keluar kelas. Kuliah Pak Sani barusan memang agak memusingkan. 
"Makan yuk," ujarku kepada beberapa teman-teman yang berada di deretan depan kursi. 
Di saat momen-momen memusingkan saat ini, makan siang memang menjadi alternatif untuk melepas penat pasca kuliah. Selain itu jam 1 nanti juga masih ada kelas. Tidak mau kuliah dengan perut kosong, kan?
Waktu menunjukkan pukul setengah 12, waktu yang pas untuk makan di Kantin Kekar. Biar kuberi tahu mengapa waktu ini adalah waktu yang pas untuk makan siang di sini. Pertama, kantin belum penuh. Kurasa untuk menampung 7-10 orang dalam satu meja, bangku dan meja panjang yang sederet dengan tempat bayar bu kantin cukup untuk menampung kami. Kalau tidak muat, masih ada pilihan meja di ujung dekat pintu parkir atau meja di dekat tangga turun. Kecuali meja pojok yang hanya digunakan untuk kelompok makan berukuran kecil. Tinggal pilih saja.
Yang kedua, menu-menu andalan kantin kekar akan keluar pada jam itu. Hohoho, ini yang menjadi primadona. Tempe kecap, ayam kecap, telor ceplok, mangut lele? Tinggal pilih. Beragam menu sayuran bagi kalian-kalian yang tidak terbiasa makan siang tanpa sayur, juga masih lengkap tersaji.
Benar saja, saat itu kantin kekar hanya diisi beberapa orang yang tengah bersantai. Meja panjang yang sederet dengan meja transaksi bu kantin pun masih tersedia. Rombongan pun langsung mengisi meja tersebut tanpa dikode. 
Konsep dari kantin kekar adalah prasmanan. Menyenangkan bukan? Pelanggan diberikan akses untuk mengambil porsi sesuai kebutuhannya. Untuk pelahap berporsi jumbo tentu konsep ini sangat surgawi. Untuk pelahap berporsi hanya ¼ dari porsiku, ini juga menyenangkan bagi mereka karena tidak perlu menyisakan banyak makanan di piring apabila perut sudah tidak sanggup lagi.
Sebentar saja, antrian sudah mengular dari arah bakul nasi. Bakul nasi diletakkan agak di bawah meja prasmanan, di atas bangku kayu berwarna merah. Feelingku mengatakan, "gak bakal cukup nampaknya". Pasalnya, di depanku sudah ada beberapa teman dengan porsi jumbo, sudah siap menggali tumpukan nasi yang diletakkan di dalam termos es berwarna biru bertuliskan "Nice Day". Tutup termos dengan kain serbet terikat, tergeletak di meja prasmanan. Tadi sempat kulirik, tumpukan nasi hanya tersisa separuh.  Benar saja, ketika giliranku tiba, nasi sudah habis.
Tidak perlu khawatir, pelanggan kantin kekar pasti sudah tahu harus kemana. Aku langsung menuju pintu merah yang berada di samping bakul nasi tadi. Pintu ini menghubungkan kantin kekar dengan pusat produksi segala hal yang berhubungan dengan pilihan panganan yang ada di etalase kaca dan meja kantin kekar. Di dalam area berbentuk lorong agak gelap itu, Pak Dhe dengan Bu Kantin 2 tengah sibuk. Pak Dhe tengah sibuk menyiapkan pesanan es teh dan es jeruk untuk kegiatan rapat dosen di atas, sedangkan bu kantin 2 tengah menggoreng telor ceplok. Aku sudah tahu harus kemana.
"Permisi pak dheee, bu nasinya habis bu"
Aku berjalan melintasi lorong sempit tersebut, melewati pak dhe yang tengah asyik menuangkan air ke dalam belasan gelas-gelas kaca. Karena ini merupakan pusat produksi, maka semuanya pun serba jumbo. Di pojokan, Ibu Kantin yang berkerudung dengan celemek melingkar di badannya melihatku. Ibu kantin 2 mengambil piring dari tanganku dan membuka dandang aluminium berukuran jumbo. Ia langsung menyerok tumpukan nasi yang baru matang yang masih panas-panasnya dengan sodetan kayu berukuran besar. Diletakkannya nasi yang baru matang itu di atas piringku. Uap panas mengebul dari piringku. 
"Cukup?" tanya Bu Kantin 2. Aku menggangguk. Ia lantas menyodorkan piring tadi ke aku. Berpindahlah aku menjauh dari Bu Kantin 2 untuk bergantian dengan temanku yang berada di belakangku. Ini momen yang ditunggu.
Etalase menu di kantin kekar terbagi menjadi dua, etalase kaca dan meja. Keduanya membentuk huruf “L”.Etalase kaca sendiri terbagi menjadi dua tingkat. Tingkat atas untuk meletakkan beragam snack dan tumpukan Aqua gelas serta botol, tingkat bawah untuk meletakkan menu prasmanan makanan berat. 
Lalu juga ada meja yang bersisian dengan dinding berukuran agak besar. Meja ini untuk meletakkan tumpukan piring dan sendok serta menu-menu ekstra yang tidak muat diletakkan di dalam etalase kaca. Menu-menu pada meja ini pun menggunakan wadah stainless steel ceper berukuran besar. Karena jam masih menunjukkan pukul setengah 12, maka menu istimewa ayam kecap masih tersedia di etalase meja. Menu istimewa pagi berupa tempe kecap sudah bergeser ke etalase kaca dengan wadah piring. Nanti kapan-kapan akan kuceritakan istimewanya tempe kecap ini.
Kuserokkan ayam kecap bagian dada ke atas tumpukan nasiku yang masih hangat-hangatnya itu. Pelanggan kantin kekar pasti tahu, keajaiban ayam kecap ini tidak hanya terletak pada ayamnya, namun juga bumbu kecapnya yang manis dan gurih. Maka dari itu, akan sangat berdosa apabila tidak menambahkan beberapa sendok bumbu ayam kecap tersebut ke atas tumpukan nasi.
Nasi dan ayam sudah tersaji manis di atas piring, tinggal saatnya memilih pilihan sayur. Pilihan sayur saat itu ada sop dan sayur tumis labu asam manis. Sayur sop berada di atas etalase meja dengan wadah mangkuk berukuran besar, sedangkan sayur tumis labu di etalase kaca. Satu hal yang menurutku penting, jangan pernah mencampur ayam kecap dengan sayur kuah bening. Percayalah, itu akan merubah rasa dan kenikmatan dari ayam kecap itu. Maka dari itu, sayur tumis labu asam manis menjadi pilihanku.
Lauk kecap dengan kecap tidaklah sempurna tanpa kehadiran kerupuk. Toples kerupuk ini berada di atas meja tempat bu kantin bertransaksi. Mengambil kerupuk, sekaligus menyelesaikan transaksi. Ibu kantin melihat piringku. Ia langsung menyebutkan sejumlah nominal untuk kubayar. Langsung kusodorkan beberapa lembar uang ke ibu sebagai alat tukar dengan tumpukan lauk di piring itu. Ibu kantin memasukkan uang ke dalam laci merah yang berada di meja dan mengambil 2 koin 500-an di wadah di atas meja. Sementara itu beberapa teman-teman wanita tengah asyik memilih tempe goreng dan gembus dan memasukkannya ke bungkusan plastik.
Aku langsung bergabung dengan teman-teman di meja. Menyuapkan nasi, potongan ayam dan sayur untuk mengisi perutku yang lapar. Beberapa cerita dan agenda jalan-jalan turut diwacanakan di atas meja. 
Jalan-jalan? Kemana ya? Pantai? Cari sunrise? Makrab? Ah, coba nanti kalau ada kesempatan, kita berkisah lagi.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments